Minggu, 18 Mei 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA BOBOT JENIS DAN RAPAT JENIS



BAB I
PENDAHULUAN
         Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita gunakan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam penelitian.
         Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat tekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.
         Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.
         Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.
         Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
         Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
         Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.
         Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk:
·         Memahami pentingnya informasi bobot jenis suatu obat dalam pengembangan formulasi
·         Mengetahui cara-cara penentuan bobot jenis dan rapat jenis suatu bahan
·         Menentukan bobot jenis beberapa cairan pelarut dan pembawa suatu sediaan menggunakan piknometer
         Penentuan bobot jenis suatu cairan menggunakan piknometer pada suhu tertentu berdasarkan bobot dan volume tetap cairan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TEORI UMUM
         Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat terhadap volume zat tersebut pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25o. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relative merupakan besaran spesifik zat. Besaran dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (1:28)
         Penentuan bobot jenis dapat dilakukan menggunakan piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik (timbangan mohr-westphall), neraca ranmann dan cara manometris. Prinsip metode piknometer ini didasarkan pada penentuan massa cairan dan ruangan yang ditempati cairan tersebut. (1:28)
         Densimeter merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang dipermukaannya tepat pada angka yang tertera. (1:28).
         Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain didasarkan pada perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25o terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis dalah perbandingan bobot zat diudara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25o zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25o. (2:1030)
         Prosedur gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru di didihkan pada suhu 25o. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20o, masukan kedalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25o, buang kelebihan zat uji dan timbang, kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi . (2:1030)
         Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali dinyataka lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25o. (2:1030)
         Penentuan bobot jenis berlangsung dengan poknometer, aerometer, timbangan hidrostatis (timbangan mohr-westphal) dan cara manoretris. (4:65)
         Metode piknometer, prinsip metode ini didasarkan atas penentuan ruangan yang ditempati caran ini. Ruangan piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek harus menggunakan piknometer yang sudah ditarer, dengan isi ruang dalam ini dan suhu tertentu (20o C) ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer yaitu tipe botol dan tipe pipet. (4:766)
 



















URAIAN BAHAN
1.    Air Suling (3:96)
Nama resmi            : Aqua destillata
Nama lain               : Air suling
RM/BM                    : H2O/18,02
Pemerian                : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : Sebagai sampel
2.    Minyak Kelapa (2:456)
Nama resmi            : Oleum cocos
Nama lain               : Minyak kelapa
Pemerian                : Cairan jernih, tidak berwarna atau kekuningan, bau khas, tidak tengik
Kelarutan               : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60o C, sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya ditempat sejuk.
Kegunaan              : Sebagai sampel
3.    Alkohol (3:63)
Nama resmi            : Aethanolum
Nama lain               : Alkohol/ etanol
RM/BM                    : C2H6O/46,00
Pemerian                : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan               : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan        :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari  cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan              : Sebagai sampel
4.    Parafin cair (3:474)
Nama resmi            : Paraffinum liquidum
Nama lain               : Parafin cair
Pemerian                : Cairan kental, transparan, tidak berfloresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan               : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter P.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya
Kegunaan              :  Sebagai sampel
5.    Minyak tanah (2:451)
Nama resmi            :  Oleum mirecala
Nama lain               : Minyak tanah
Pemerian                : Cairan berminyak, jernih tidak berwarna bebas atau praktis bebas, dan berfloresensi dalam keadaan dingin tidak berbau, tidak berasa dan jika dipanaskan berbau minyak tanah lemah.
Kelarutan               : Tidak larut air dan dalam etanol, larut dalam minyak menguap dapat tercampur dengan minyak jarak
Berat jenis              : Antara 0,845-0,905 g/ml
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan              : Sebagai sampel













BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
         Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu gelas kimia, gelas ukur, oven, piknometer, pipet tetes, timbangan analitik.
         Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu alkohol, aquadest, minyak kelapa, minyak tanah, paraffin cair, tissu.
-       Disiapkan alat dan bahan
-       Piknometer dicuci dengan air dan disterilkan dengan alcohol
-       Piknometer dikeringkan (dipanaskan) dioven, lalu di dinginkan selama 5-15 menit
-       Ditimbang bobot piknometer kosong
-       Piknometer di isi sampel (minyak tanah) hingga penuh,
-       Ditimbang bobot piknometer berisi sampel
-       Diulangi percobaan tersebut dengan sampel yang berbeda (aquadest, alkohol, minyak kelapa, paraffin cair)








BAB IV
HASIL PENGAMATAN
TABEL HASIL PENGAMATAN
Sampel
Pikno Kosong (g)
Pikno + isi (g)
Isi (g)
BJ (g/ml)
RJ
Alkohol
26,81
66,41
39,6
0,792
0,808
Aquadest
17,84
58,26
40,42
0,808
0,824
Minyak goreng
20,09
67,94
47,85
0,957
0,976
Minyak tanah
17,68
61,39
43,71
0,874
0,89
Parafin cair
32,00
72,15
40,15
0,803
0,819

PERHITUNGAN
Dik: Volume Piknometer    = 50 ml
         BJ air                             = 0,98 g/ml
a.    Alkohol
Isi        = (pikno+isi) – (pikno kosong)
                  = 72,15 g – 32 g
                  = 40,15 g
BJ       = Isi
                     Vol. pikno
                  = 40,15 g
                     50 ml
                  = 0,803 g/ml
RJ       = BJ sampel
                     BJ air
                  = 0,803 g/ml
                     0,98 g/ml
                  = 0,819 
b.    Aquadest
      Isi        = (pikno+isi) – (pikno kosong)
                  = 66,41 g – 26,81 g
                  = 39,6 g
BJ       = Isi
                     Vol. pikno
                  = 39,6 g
                     50 ml
                  = 0,792 g/ml
RJ       = BJ sampel
                     BJ air
                  = 0,792 g/ml
                     0,98 g/ml
                  = 0,808
c.    Minyak goreng
      Isi        = (pikno+isi) – (pikno kosong)
                  = 61,39 g – 17,68 g
                  = 43,71 g
BJ       = Isi
                     Vol. pikno
                  = 43,71 g
                     50 ml
                  = 0,874 g/ml

RJ       = BJ sampel
                     BJ air
                  = 0,874 g/ml
                     0,98 g/ml
                  = 0,89
d.    Minyak Tanah
Isi        = (pikno+isi) – (pikno kosong)
            = 66,41 g – 26,81 g
            = 39,6 g
BJ       = Isi
               Vol. pikno
            = 39,6 g
               50 ml
            = 0,792 g/ml
RJ       = BJ sampel
               BJ air
            = 0,792 g/ml
               0,98 g/ml
            = 0,808
e.    Parafin cair
Isi        = (pikno+isi) – (pikno kosong)
                  = 58,26 g – 17,84 g
                  = 40,42 g
BJ       = Isi
                     Vol. pikno
                  = 40,42 g
                     50 ml
                  = 0,808 g/ml
RJ       = BJ sampel
                     BJ air
                  = 0,808 g/ml
                     0,98 g/ml
                  = 0,824
















BAB V
PEMBAHASAN
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam decimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa persatuan volume, yatu bobot zat persatuan volume. Dalam bidang farmsai bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/ daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piknometer, piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer terbuat dari kaca untuk Erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10 ml - 50 ml.
Untuk melakukan percobaan ini, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi, pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari pembersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetean pada dinding alat yang dibersihkan, sehingga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong yang juga akan mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pada saat memegang piknometer tidak boleh dipegang dengan tangan telanjang karena bobot pada kulit tangan bisa tertempel dipiknometer, sehingga membuat bobotnya bertambah.
Pada saat pengisian sampel harus melalui bagian dinding dalam piknometer untuk menghindari terjadinya gelembung udara. Keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan, kerugiannya berkaitan dengan ketelitian penimbangan.
Pada percobaan ini didapat isi (berat sampel) minyak tanah 39,6 g; paraffin cair 40,42 g; aquadest 47,85 g; minyak kelapa  43,71 g; dan alcohol 40,15 g. Sedangkan untuk berat jenis minyak tanah 0,792 g; paraffin cair 0,808 g; aquadest 0,957 g; minyak kelapa 0,874 g; dan alcohol 0,803 g dan untuk rapat jenis diperoleh hasil minyak tanah 0,808 g; paraffin cair 0,824 g; aquadest 0,976 g; minyak kelapa 0,89 g; dan alcohol 0,819 g.
Alasan mengapa digunakan piknometer karena prinsip dari piknometer adalah mampu memberikan informasi terhadap berat jenis suatu zat dan rapat jenis suatu zat.






BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
         Adapaun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.    Bobot jenis dan rapat jenis digunakan untuk pengujian kemurnian senyawa obat terutama dalam bantuk cairan dan untuk mengetahui daya larut suatu obat
2.    Cara-cara penentuan bobot jenis dan rapat jenis yaitu metode piknometer, metode neraca hidrostatik, metode neraca mohr-westphal, dan metode areometer.
3.    Bobot jenis dan rapat jenis dari sampel yang digunakan:
·   Minyak tanah
BJ      = 0,792 g/ml
RJ      = 0,808 g
·   Minyak kelapa
BJ      = 0,874 g/ml
RJ      = 0,89 g
·   Paraffin cair
BJ      = 0,808 g/ml
RJ      = 0,824 g
·   Aquadest
BJ      = 0,957 g/ml
RJ      = 0,976 g
·   Alcohol 
BJ      = 0,803 g/ml
RJ      = 0,819

SARAN
Sebiknya alat-alat dalam laboratorium dilengkapi lagi

















DAFTAR PUSTAKA
1.    Ida, Nur, 2014.”Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”.Universitas Islam Makassar.Makassar
2.    Ditjen POM,1995.”Farmakope Indonesa”. edisi IV.Departemen Kesehatan RI.
3.    Ditjen POM,1979.”Farmakope Indonesa”. edisi III.Departemen Kesehatan RI.
4.    Martin, A.1990.”Farmasi Fisik I”.UI-Press.Jakarta









Tidak ada komentar:

Posting Komentar